Review Novel Sunset Bersama Rosie



Judul Novel : Sunset Bersama Rosie
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Mahaka Publishing
Halaman : 426
Cetakan kelima : April 2013
ISBN139786028357029
Harga : Rp 60.000 (Buku Kita)

“Bagiku waktu selalu pagi. Di antara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun mengggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi, malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan napas tertahan.’’
Buat yang pernah membaca novel Sunset Bersama Rosie mungkin tidak akan asing dengan kalimat di atas. Kalimat di atas adalah potongan dari salah satu novel karya Darwis Tere Liye. Novel yang cukup memain-mainkan emosi pembaca.

Cerita Singkat :

Tegar, nama seorang pria yang teramat mencintai seorang wanita, 20 tahun lamanya. Wanita itu bernama Rosie. Mereka bersahabat sejak kecil. Kebiasaannya, naik gunung Rinjani saat liburan semester kuliah. Hingga Tegar memperkenalkan sahabatnya, Nathan kepada Rosie. Setelah 2 bulan, mereka naik Gunung Rinjani. Tegar yang setelah 20 tahun tak pernah berani mengungkapkan rasa itu, dia berniat akan mengungkapkannya saat sunset di gunung rinjani. Rosie suka sekali sunset. Namun, sayang sekali. Saat Tegar mengambil air di danau, dan menyuruh Nathan dan Rosie lebih dulu naik ke puncak, Nathan mendahului Tegar!!!. Nathan mengucapkannya pada Rosie. Dan Rosie, menerimanya. Tegar kalap, dia langsung menuruni Rinjani, tanpa berpikir panjang. Tegar kemudian menghilang, mencoba pergi dari rasa sakit itu. Hingga bertahun-tahun lamanya. Rosie dan Nathan telah mempunyai 4 anak perempuan. Tegar akhirnya memberanikan diri untuk menelpon Resort mereka di Gili Trawangan, Lombok. Dan mereka seringkali melakukan live streaming, untuk sekedar bercakap-cakap.


Hingga suatu hari, tegar akan bertunangan dengan wanita bernama sekar. Sangat baik dan cantik. Saat itu, di meja kantornya, dia sedang bercakap dengan keluarga Rosie dan Nathan lewat teleconference. Mereka bercakap bahagia, dengan keempat putrinya yang sangat riang dan lucu. Hingga bom bali itu terjadi, semuanya gelap. Sinyal hilang. Tegar segera menelpon mereka. Tak aktif. Tegar langsung memutuskan pergi ke bandara, membeli tiket penerbangan ke Bali. 1,5 jam kemudian dia tiba di bandara Ngurahrai, Bali. Ribut disana. Tak ada taksi, atau kendaraan umum. Untunglah dia bertemu dengan Made, teman lamanya. Dan segera mengantar untuk mencari Rosie dan keluarganya. Apa dikata, Nathan sudah meninggal. Sakura tangan kanannya remuk dan digips. Aggrek, Jasmine, dan Lili menangis. Rosie memeluk Nathan.



Hingga berhari-hari, Rosie semakin depresi, dan dibawa ke pusan rehabilitasi. Astaga, Tegar melupakan pertunangan itu!!!. Sekar kecewa, takut kalau Tegar tidak akan kembali lagi ke Jakarta. Dan benar saja, setelah 2 tahun lebih, Tegar tetap menjaga anak-anaka di Lombok. Padahal Rosie sudah sembuh. Hingga akhirnya sekar terpaksa menerima tunangan dari laki-laki yang tidak ia cintai. Tegar datang, dan memohon diberi kesempatan lagi. Esoknya, Sekar memutuskan untuk tidak jadi bertunangan dengan laki-laki itu. Tegar kemudian menunaikan janjinya yang tertunda, Menikahi Sekar.



Di hari itu, Rosie dan keluarganya datang. Tak mampu menahan kepergian Tegar. Anak-anaknya yang selama ini sudah amat dekat dengan Tegar, ada yang memanggil paman, om, dan uncle. Sedangkan Lili yang berusia 3 tahun, yang akibat trauma dia tidak pernah berbicara, akhirnya pada hari itu, mengucap sesuatu. "Aku tidak mau kehilangan paman." "Aku tidak mau memanggil om, paman, atau uncle. Tapi.. Tapi.. Ay..Ayah..". Rosie cepat-cepat menarik lili dari kaki tegar. Mereka pergi ke luar. Namun, dengan sigap Sekar menarik tangan Rosie dan merelakan mereka. Sekar tahu, mereka ditakdirkan bersama sejak kecil.


Kesimpulan :

Di novel ini Tere liye begitu piawai dalam mengoyak emosi para pembaca setianya. Alur novel yang sulit ditebak, dan didukung dengan latar kejadian yang membuat mata berkaca-kaca saat membacanya. Ada haru, tawa,  bahagia dan sedih diracik menjadi bumbu yang begitu istimewa untuk dinikmati. Sekali lagi, mengajarkan kita bahwa cinta sejati akan menemukan jalannya. Jalan yang sudah terukir dalam suratan takdir-Nya. Sekuat apapun kita berusaha, meskipun telah menyisakan sebuah kesempatan emas, tak akan pernah bisa mengubah segalanya. Serta mengajarkan bagaimana menyikapi cinta dan takdir. Kira bisa belajar dari sosok Tegar yang melihat cinta dengan pemahaman baru. Kita bisa belajar dari sosok Jasmine, salah satu putri Rosie dan Nathan yang ketika itu berhadapan langsung dengan pelaku bom perenggut nyawa ayahnya, namun malah menunjukan sebuah kelapangan hati yang besar serta ketulusan untuk belajar memaafkan. Dan kita bisa belajar dari Sekar, yang menunjukan bagaimana caranya mencintai dengan setulus hati. Tokoh-tokoh lain juga memberikan pelajaran hidup, juga pemahaman baru tentang bagaimana kita memandang dan menyikapi suatu hal.

Keunggulan dan Kelemahan :
Keunggulan dalam novel Sunset Bersama Rosie terletak dalam gaya bahasa yang digunakan penulis. Tere Liye menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Hal inilah yang membuat banyak orang menyukai tulisan-tulisannya. Selain itu banyak sekali pelajaran tentang kehidupan yang terdapat dalam novel ini, bagaimana cara berdamai dengan masa lalu, cara membuat kesempatan itu ada, serta menyikapi dan menjalani takdir dengan ikhlas.
Kelemahan yang terdapat dalam novel Sunset Bersama Rosie pengarang beberapa kali mengawali bab-bab yang berbeda dengan kalimat yang hampir sama, yang menyebabkan pembaca merasa sedikit bosan karena kaimat-kalimat itu saja yang diungkapkan kembali dan pengarang tidak memberikan jawaban siapa yang akhirnya mendampingi hidup tegar. Serta terdapat kesalahan tulisan dalam beberapa halaman. Pada halaman 44 dalam kalimat “…Kau harus berganti mandi, pakaian, ti-”, seharusnya adalah “berganti pakaian, mandi”. Dan pada halaman 56 “Aku mengelus rambut ikal sebahunya”, padahal pada halaman 55 sudah dijelaskan bahwa kepala sakura dibotaki untuk menjahit luka yang berada di kepalanya.
Penilaian saya novel ini saya memberi nilai 7 dari 10 .

Magelang, 7 Oktober 2017
Gery Gian Ginola 


Komentar